Rabu, 09 Mei 2012

A separation

Opss... Ada apa ini??? Ada apa??? *diucapkan dengan lebayyy*. Gak ada apa2 ko, itu judul postingan mah diambil dari judul film, A Separation, film Iran itu lo. Etapi, tulisan ini memang dibuat setelah nonton film itu sih. Menurut gw pribadi, film a separation cukup menarik, dikemas dalam alur maju, dengan mengambil setting kebanyakan di rumah sang pemeran utama dan tema yang diangkat juga cukup general, masalah keluarga sehari2 dan cukup apik *sotoy* hehe... Film ini mengisahkan tentang sepasang suami istri yang berniat untuk bercerai karena masalah karir, cita2, harapan hidup yang lebih baik atau bisa juga lari dari kenyataan. See, masalah yang sangat biasa kita denger dan kita jumpai sehari2 kan? Nah, segala intrik yang terjadi selama proses perceraian dan pada akhirnya perceraian pun tak pelak tetap terjadi, dan pihak yang menderita ataupun paling tertohok pastinya adalah sang anak. Entah, atas dasar keegoisan orang tua ataupun pembelaan untuk kebahagiaan anak tapi selalu pada akhirnya anak jugalah yang menjadi korban :( Naudzubillah *ketok meja 3x*

Dan berdasarkan film itu, sedikit banyak yang bisa gw ambil hikmahnya adalah mengenai pentingnya komunikasi efektif dalam keluarga. Dalam film itu, diceritakan bahwa sang suami tipe yang baik hati dan penyayang tapi sayangnya, dy juga tidak bisa tegas dan menunjukkan apa yang sebenarnya dy mau. Bahkan, terhadap istrinya yang mengajukan cerai karena ingin mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri, ia tidak sanggup bilang "don't do", "don't go" dan kata2 lain yang bisa mengungkapkan apa yang ia inginkan. Disinilah awal dari ketidakharmonisan hubungan suami istri dan keluarga bermula. KOMUNIKASI. Bahkan, sesungguhnya musuh terbesar dalam keluarga adalah bukannya pihak ketiga atau affair, tetapi bagaimana terciptanya komunikasi yang efektif antara kedua belah pihak. Ini pelajaran pertama buat gw, dalam kehidupan berumah tangga, bohonglah kalo lo bilang everything's fine... Semua pasti selalu ada percikan2 yang mewarnai RT kita, nah, solusinya mampukah kita mengkomunikasikan dengan baik? Tanpa harus menyalahkan, tanpa harus mengumpat dan menyumpah, tanpa harus teriak2, tanpa harus ada benda melayang dan tanpa harus ada pihak yang tersakiti... Well, yuk sama2 pererat jalinan komunikasi sama sang suami/istri, paling yahud pas pillow talk gitulaaah.. Suasana dapet, moment kena, tuuuhhh.... Tinggal deh bicara dari hati ke hati.. Uhuy:)

Selanjutnya, problem kedua yang gw tangkap dari film ini adalah, keegoisan sang ibu. Perceraian dianggap jalan tengah untuk menyelesaikan masalah, memenangkan keegoisannya meninggalkan tanah air dan membawa sang buah hati, meninggalkan suami yang bersikeras tidak akan ikut pergi karena masih harus bertanggung jawab atas Ayahnya, mengikuti nafsunya mendapatkan penghidupan yang lebih layak di luar negeri. Maka, gw pun berfikir, sebagai wanita, saat kita sudah memutuskan menikah dsb, maka banyak hal yang tadinya adalah prioritas, kemudian harus dikesampingkan *menurut gw yaaa* salah satunya adalah soal karir dan ambisi. Setidaknya, menurut gw family comes first *maap kalo ada yg ga sepakat* walaupun bukan berarti kita seolah2 hilang ditelan bumi dan tidak lagi berhubungan dengan dunia luar yah... Walaupun, kenyataannya yang gw lat disini adalah seringkali para keluarga itu harus memilih siapa yang akan menjadi breadwinner, kalo sang istri ternyata punya prospek karir yang jauh lebih cemerlang, sang suami dengan rela mengambil alih keluarga dan menjadi bapak rumah tangga. Berhasilkah? Well.. Tergantung individu masing2, bisakah mereka menerima keadaannya dan tidak merasa "kecil"?

So, setelah nonton film ini, gw jadi mikir, ceritanya sok merefleksi diri sendiri gituuu... Apakah jalinan komunikasi gw dan suami dan anak sudah efektif? Sudahkah kita berdua sama2 mencurahkan isi hati, mencari solusi dan menyelesaikan masalah -yang kalo ada- dengan baik? Dengan bijak? Dengan kepala dingin? Mengutamakan kebaikan dan manfaat dan menjauhkan kesesatan? Aiiih bahasa gw!!! Selain itu, apakah gw sebagai wanita, sebagai istri, sebagai ibu, sudah menjalankan kewajiban dengan baik? Dengan bijak? Mmmm...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar