Jumat, 29 Maret 2013

Balada Sebotol Wine

Sore itu, selepas Ara kembali dari childcarenya, tanpa disangka, Ayah pulang sambil membawa bingkisan, yang kemudian saya tau itu adalah hadiah door prize. Ah, senang sekali rasanya. Bukannya tanpa alasan, sebenarnya sih hadiahnya apa, saya tidak terlalu peduli, hanya saja saking jarangnya mendapatkan "doorprize", maka seperti kejatuhan durian rasanya. Seperti Ara, saya dan suami juga cukup antusias untuk segera mengetahui apa dibalik bingkisan itu. Benar saja, Ara langsung kegirangan begitu mendapati satu buah boneka ayam dan tanpa segan langsung dipeluk-peluk sambil bilang "chicken... pok pok pok". Jujur saja, hadiah yang diterima cukup banyak, setelah dibuka, bingkisan itu terbagi 2, satu bingkisan dalam plastik bening yang isinya sudah terlihat jelas, yaitu boneka, beberapa jenis coklat Easter berbentuk kelinci, banofee pie berbentuk telur besar, dan coklat-coklat kecil Cadbury berbentuk telur kecil. Sedangkan bingkisan kedua, terbungkus tas kain dan setelah dicek ternyata beberapa produk Pancake Palour dan sebotol Wine.  


Karena keluarga kami memang tidak mengkonsumsi Wine, maka kami sempat kebingungan harus diapakan Wine ini. Iseng, saya berkirim pesan kepada kedua teman saya, sambil bercanda, saya mengajukan tawaran kepada siapapun yang menginginkan sebotol Wine akan saya berikan secara cuma-cuma. Memang, saat itu, niat saya hanyalah berkelakar semata, karena saya berpikir, mereka akan menanggapinya sambil lalu. Ternyata, saya salah. Salah seorang teman saya, ternyata menanggapi serius dan berkenan menerima sebotol Wine dengan sukacita. Kali ini, kebingungan lain menghampiri saya, haruskah saya berikan barang ini ke sesama teman Muslim???

Akhirnya, saya pun bercerita pada sang suami perihal hal tersebut. Dengan tegas suami saya melarangnya dan tidak memperbolehkan saya memberikan sebotol Wine itu kepadanya. Lagi-lagi, saya semakin bingung dibuatnya. bagaimana cara menyampaikan hal ini kepada teman saya, apalagi sebelumnya saya sudah terlanjur meng-iyakannya. Akhirnya, setelah berfikir sesaat, saya beranikan diri berkirim pesan dan mengakatan bahwa suami saya tidak mengizinkan jika harus menghibahkan sebotol wine kepada teman sesama Muslim. Alhamdulillah, teman saya pun mengerti. Biarlah, jika memang tidak ada orang lain yang pantas untuk dihibahkan sebotol wine, mungkin akan kami biarkan ia teronggok manis sebagai hiasan dapur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar